Rabu, 09 Februari 2011
Jawara Tanoto Students Research Awards
JAKARTA - Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) memperkenalkan tiga inovasi teknologi aplikatif terbaru mereka, yaitu sarana mandi cuci kakus (MCK) yang bisa dibongkar pasang, detektor kebocoran gas LPG, serta pemisah logam dari limbah pabrik tekstil.
Ketiga inovasi tersebut merupakan pemenang Tanoto Student Research Awards (TSRA) 2010, sebuah ajang tahunan yang diselenggarakan ITB dengan Tanoto Foundation selama empat tahun terakhir.
Setiap tahun, 18 himpunan mahasiswa di ITB mendaftarkan proposal penelitian mereka untuk diikutsertakan di TSRA. Kemudian, tujuh finalis terpilih akan diberi dana penelitian dari Tanoto Foundation untuk mengerjakan mewujudkan penelitian tersebut selama enam hingga delapan bulan. Hasil penelitian mereka dipresentasikan di hadapan dewan juri, untuk kemudian dipilih tiga pemenang dengan teknologi paling aplikatif.
Keluarga Mahasiswa Teknik Industri keluar sebagai pemenang pertama TSRA 2010. Penelitian mereka berjudul Perancangan MCK untuk Pemukiman Padat Penduduk dan Daerah Bencana untuk Perbaikan Kualitas Hidup.
Juara dua diraih oleh Himpunan Mahasiswa Prodi Teknik Fisika dengan penelitian mengenai Pembuatan Sensor Liquified Petroleum Gas (LPG) Menggunakan Lapisan Tipis Zinc Oxide untuk Aplikasi Detektor Kebocoran LPG pada Rumah Tangga.
Posisi ketiga ditempati oleh Himpunan Mahasiswa Prodi Biologi. Penelitian mereka bertajuk Aplikasi Teknologi Membran-Biosorpasi dalam Proses Ekstraksi Padatan Logam (Cr, Cu, Zn, Ni, dan Fe) dari Limbah Cair Industri Tekstil di daerah Rancaekek, Kab. Bandung.
Ketua Pengurus Tanoto Foundation Sihol Aritonang menyatakan, TSRA diadakan untuk meningkatkan minat penelitian di kalangan mahasiswa. "Sebab, salah satu indikator perguruan tinggi berkelas dunia adalah pada aspek penelitian yang dilakukannya," kata Sihol pada acara media gathering TSRA 2010 di kantor Tanoto Foundation, Jakarta, Rabu (9/2/2011).
Data World Bank 2004 menyebutkan, jumlah peneliti Indonesia adalah 207 peneliti per satu juta penduduk. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Malaysia, Filipina, Vietnam, Singapura, dan Korea Selatan.
"Padahal, penelitian bisa menjadi salah satu jalan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di suatu negara. Peningkatan kualitas SDM suatu negara, akan menyumbang solusi dari berbagai masalah yang dihadapi negara tersebut, misalnya kemiskinan," ujar Program Director Tanoto Foundation Ratih Lukito.
Ratih menambahkan, TSRA juga salah satu bentuk pengejawantahan visi dan misi Tanoto Foundation untuk menjadi pusat pendidikan dan penelitian unggulan yang berkiprah dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Sekretaris LK Bidang Nonkurikuler dan Kemasyarakatan ITB Sandro Mihradi mengatakan, iklim penelitian dan kreativitas telah dipupuk sejak mahasiswa menginjakkan kaki di kampus berlambang gajah tersebut. "Kegiatan ini sangat positif untuk meningkatkan gairah penelitian. Sehingga energi para mahasiswa bisa disalurkan dalam koridor yang baik," tuturnya.
Sandro menjelaskan, kreativitas mahasiswa sebenarnya luar biasa. Sebab, seringkali mereka mengemukakan ide di luar kebiasaan (out of the box). "Karena itulah, dalam penelitian di ajang TSRA, mereka tetap dibimbing dosen," ujar Sandro mengimbuhkan.
Pria yang juga menjadi juri TSRA ini menambahkan, TSRA menjadi ruang untuk mencetuskan ide dan gagasan yang bermanfaat bagi masyarakat, sekaligus memberikan tantangan kepada mahasiswa untuk menyelesaikan masalah bangsa.(fmh)
Ketiga inovasi tersebut merupakan pemenang Tanoto Student Research Awards (TSRA) 2010, sebuah ajang tahunan yang diselenggarakan ITB dengan Tanoto Foundation selama empat tahun terakhir.
Setiap tahun, 18 himpunan mahasiswa di ITB mendaftarkan proposal penelitian mereka untuk diikutsertakan di TSRA. Kemudian, tujuh finalis terpilih akan diberi dana penelitian dari Tanoto Foundation untuk mengerjakan mewujudkan penelitian tersebut selama enam hingga delapan bulan. Hasil penelitian mereka dipresentasikan di hadapan dewan juri, untuk kemudian dipilih tiga pemenang dengan teknologi paling aplikatif.
Keluarga Mahasiswa Teknik Industri keluar sebagai pemenang pertama TSRA 2010. Penelitian mereka berjudul Perancangan MCK untuk Pemukiman Padat Penduduk dan Daerah Bencana untuk Perbaikan Kualitas Hidup.
Juara dua diraih oleh Himpunan Mahasiswa Prodi Teknik Fisika dengan penelitian mengenai Pembuatan Sensor Liquified Petroleum Gas (LPG) Menggunakan Lapisan Tipis Zinc Oxide untuk Aplikasi Detektor Kebocoran LPG pada Rumah Tangga.
Posisi ketiga ditempati oleh Himpunan Mahasiswa Prodi Biologi. Penelitian mereka bertajuk Aplikasi Teknologi Membran-Biosorpasi dalam Proses Ekstraksi Padatan Logam (Cr, Cu, Zn, Ni, dan Fe) dari Limbah Cair Industri Tekstil di daerah Rancaekek, Kab. Bandung.
Ketua Pengurus Tanoto Foundation Sihol Aritonang menyatakan, TSRA diadakan untuk meningkatkan minat penelitian di kalangan mahasiswa. "Sebab, salah satu indikator perguruan tinggi berkelas dunia adalah pada aspek penelitian yang dilakukannya," kata Sihol pada acara media gathering TSRA 2010 di kantor Tanoto Foundation, Jakarta, Rabu (9/2/2011).
Data World Bank 2004 menyebutkan, jumlah peneliti Indonesia adalah 207 peneliti per satu juta penduduk. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Malaysia, Filipina, Vietnam, Singapura, dan Korea Selatan.
"Padahal, penelitian bisa menjadi salah satu jalan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di suatu negara. Peningkatan kualitas SDM suatu negara, akan menyumbang solusi dari berbagai masalah yang dihadapi negara tersebut, misalnya kemiskinan," ujar Program Director Tanoto Foundation Ratih Lukito.
Ratih menambahkan, TSRA juga salah satu bentuk pengejawantahan visi dan misi Tanoto Foundation untuk menjadi pusat pendidikan dan penelitian unggulan yang berkiprah dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Sekretaris LK Bidang Nonkurikuler dan Kemasyarakatan ITB Sandro Mihradi mengatakan, iklim penelitian dan kreativitas telah dipupuk sejak mahasiswa menginjakkan kaki di kampus berlambang gajah tersebut. "Kegiatan ini sangat positif untuk meningkatkan gairah penelitian. Sehingga energi para mahasiswa bisa disalurkan dalam koridor yang baik," tuturnya.
Sandro menjelaskan, kreativitas mahasiswa sebenarnya luar biasa. Sebab, seringkali mereka mengemukakan ide di luar kebiasaan (out of the box). "Karena itulah, dalam penelitian di ajang TSRA, mereka tetap dibimbing dosen," ujar Sandro mengimbuhkan.
Pria yang juga menjadi juri TSRA ini menambahkan, TSRA menjadi ruang untuk mencetuskan ide dan gagasan yang bermanfaat bagi masyarakat, sekaligus memberikan tantangan kepada mahasiswa untuk menyelesaikan masalah bangsa.(fmh)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar